Dibalik Cucuran Air Itu

***
Matahari mulai condong ke barat. Aku yang tampak tegar dan bahagia usai acara sakral itu tiba-tiba terurai air mata begitu derasnya. Barisan kata dalam selembar kertas dari bungkusan hadiah itu bak mendatangkan hujan deras saat kemarau panjang. Tak malu meski ditunggui sang tercinta. Terlihat akan berhenti namun berkali-kali terus terurai dari mata ini yang lebam terlalu lama tenggelam dalam untaian kata yang tertulis di secuil kertas itu.
Siapa dibalik perajut kata yang melelehkan batu karang ini? Mengapa aku tak malu atau kwatir timbul kecemburuan atas cucuran air mata di sisi sang tercintanya. Ya memang dia bukanlah siapa-siapa melainkan yang tertulis di bagian pojok kanan kertas itu "Sahabatmu Salk". Dia sahabat karibku yang usianya jauh di atasku dan belum mau mengakiri masa ketersendiriannya dengan ikatan suci. Padahal telah banyak yang memintanya.

***
Ramadhan.
Seperti malam-malam sebelumnya aku mengikuti tarawih di masjid itu. Namun tak biasanya aku bergegas pulang usai witir. Kubuka dan kulantunkan ayat demi ayat dalam kitab itu. Bukan kitab terjemah seperti yang biasa aku guanakan. Tergambar perlahan dalam bacaanku yang semakin jauh menyisir ayat demi ayat. Ya suara ini makin binar dan bergetar, serasa tertahan perasaan sesak dalam dada. Entah gerangan apa yang memenuhi dada ini, sehingga terurai dengan deras air dari mata. Sesekali tak kuasa bacaan ayat itu sampai ayat berikutnya. Berkali-kali ku mencoba lancar membaca tuntas ayat tanpa tertahan oleh sesak di dada. Acapkali terhenti dan tumpah senggukan tanggis memecah sunyi rumah itu.

Usai menenangkan diri ku kembali ke masjid bergabung dengan lingkaran orang yang bergantian tadarus. Kuberusaha keras membuang binar dan mata lebam bekas linangan tangisan. Ya Rabb aku bermunajat bimbinglah, lindungilah, lancarkan urusannya, sayangi, dan kasihilah 'ia' agar kelak menjadi kebanggan keluarga, bangsa, ummat Muhammad.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih...semoga Anda bahagia..